
Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) menggelar seruan aksi “Catatan Hitam 100 Hari Prabowo-Gibran” pada Kamis (30/01/24) di depan Istana Bogor. Seruan Aksi yang diikuti oleh mahasiswa dari kampus-kampus di Bogor membawa banyak kajian, aspirasi, dan tuntutan masyarakat serta mahasiswa untuk dapat dikaji oleh pihak pemerintah Republik Indonesia (RI).
Herianto, selaku Koordinator Pusat BEM SI dari Universitas Mataram mengatakan bahwa aksi yang dilakukan pada saat ini akan menjadi aksi lanjutan yang mulanya hanya berada dalam lingkup kampus agar menjadi pemantik semangat para mahasiswa untuk gerakan selanjutnya.
“Kami kemarin sudah konsolidasi dan bersepakat karena ini momentumnya baru di kampus masing-masing, sehingga gerakan ini tidak mengecil,” ujar Hariyanto.
Hariyanto menyebut poin tuntutan dengan lantang mengenai Rancangan Undang Undang Mineral dan Batubara yang dikelola tambang oleh perguruan tinggi, karena dapat mengancam dan mengacaukan suara kritis mahasiswa serta perguruan tinggi. Sehingga perguruan tinggi hanya melihat objek kebutuhan dan keperluan mahasiswa menjadi bisnis.
“UKT akan naik, kemudian uang kos akan naik, semua aspeknya naik. Karena ini objeknya adalah bisnis,” tambahnya.
Dengan pandangan serupa, Sabril Diandra, sebagai koordinator lapangan, serta perangkat aksi dari BEM Institut Pertanian Bogor (IPB) bagian Menteri Koordinator Sosial Politik, mengatakan bahwa BEM Keluarga Mahasiswa IPB telah mengeluarkan pernyataan menolak mengenai izin tambang bagi universitas.
“Pasal 51A, itu menyebutkan bahwasanya izin-izin itulah yang mengakibatkan aparat tinggi ataupun pemerintah ingin menutup segala macam ruang, demokrasi dan juga kebebasan berpendapat,” ujarnya.
Hal ini menimbulkan tanda tanya di antara mahasiswa mengenai alasan rencana pemberian izin pengelolaan tambang bagi kampus.
“Berarti teman-teman menganggap pemberian IUP ini disinyalir adalah upaya untuk membungkam aspirasi atau nalar kampus sebagai akal sehat di mana kampus ini menjadi tempat akal sehat dan kebenaran disampaikan,” tuturnya.
Tuntutan lain yang dibawa mengenai evaluasi kabinet serta program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berjalan pun belum mendapat respons dari pihak istana sejak para mahasiswa berdiri di istana jam 14.00 WIB hingga sore hari.
Terakhir, ia menambahkan pesan kepada presiden dan wakil presiden untuk dapat mendengarkan aspirasi serta suara rakyat yang menuntut hak-haknya.
“Saya hanya menitipkan bahwa kalian itu dipilih oleh rakyat. Kalian memakai uang rakyat. Jangan kalian merasa ini ada hal-hal yang buat kalian bermewah-mewahan dan bergagah-gagahan atas jabatan yang kalian miliki. Di sini kita ingin mengingatkan bahwa negara hadir untuk bisa menyediakan kesejahteraan rakyat,” tutupnya.
Reporter : Irsyad, Syipolo
Penulis : Syipolo
Editor : Diaz