Civitas Undip Tuntut DPR RI Hentikan Kebijakan yang Tidak Berpihak Pada Rakyat

Dok. Hayamwuruk/Diaz

Mahasiswa dan Civitas Academica Universitas Diponegoro (Undip) telah menggelar seruan damai pada Kamis (4/9/2025) di Lapangan Widya Puraya Undip. Seruan damai tersebut merupakan bentuk keprihatinan mendalam Undil terhadap perkembangan situasi politik dan sosial di Indonesia, khususnya terkait demonstrasi yang baru-baru ini menimbulkan korban jiwa.

Acara pernyataan sikap tersebut dimulai dengan penampilan dua mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip yang membacakan puisi, kemudian diakhiri dengan nyanyian “Kulihat Ibu Pertiwi” sembari mengguyur badan mereka dengan air dari ember sebagai aksi simbolik.

Selanjutnya, civitas academica Undip yang terdiri dari mahasiswa, guru besar, dekan fakultas, wakil rektor hingga rektor, berkumpul di atas panggung menyampaikan pernyataan sikap atas kondisi Indonesia melalui lima poin tuntutan yang dibacakan oleh Rektor Undip, Prof. Dr. Suharnomo.

Lebih lanjut, Prof. Dr. Suharnomo juga menekankan bahwa pernyataan sikap civitas academica Undip ditujukan sebagai upaya sekaligus pengingat untuk mencintai indonesia. Ia meminta agar seluruh masyarakat terus bersatu dan mengedepankan nilai luhur bangsa.

“Saya rasa ini seruan damai semua pihak untuk menahan diri, jangan pernah lelah untuk mencintai bangsa ini. Ada banyak yang kurang dari bangsa ini. Tetapi, kita sama-sama mengedepankan apa yang menjadi nilai luhur dari bangsa ini seperti sopan santun, penuh penghargaan, dan empati pada sesama,” ujar Prof. Dr. Suharnomo.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Undip, Aufa Atha Ariq Auroqi, menyebutkan bahwa pernyataan sikap ini bukan hanya berasal dari civitas academica seperti dosen, guru besar, rektorat. Melainkan, dari seluruh civitas atau warga undip termasuk mahasiswa-mahasiswa yang peduli dengan kondisi Indonesia saat ini.

“Civitas academica Undip menyatakan sikap, tentu ini bukan hanya dari dosen, guru besar, rektorat. Tetapi, teman-teman mahasiswa membersamai terkhusus dari seluruh fakultas dan sekolah vokasi kita undang, karena kami merasakan civitas academica Undip bukan rektorat saja tetapi juga mahasiswa,” singgung Ariq.

Ariq menambahkan bahwa aksi berikutnya akan dilakukan jika terdapat poin-poin tuntutan atau keresahan-keresahan yang ingin disampaikan. Ariq juga mengajak untuk universitas lain untuk turut bersikap.

“Sebenarnya ini sikap undipnya bukan aksi dari mahasiswa gitu, sekiranya memang nanti ada poin-poin tuntutan atau keresahan-keresahan yang ingin disampaikan, tentu akan ada aksi lagi, tapi bukan sebagai aksi yang terakhir, ini hanya sebuah sikap ataupun ya ajakan atau seruan teman-teman di universitas lain agar turut bersikap,” imbuh Ariq.

Pernyataan sikap yang dilakukan oleh civitas academica Undip tidak hanya sekedar menyampaikan tuntutan maupun menentukan posisi mereka dalam kondisi Indonesia saat ini, melainkan sebagai motor penggerak hingga inspirasi untuk kalangan anak muda seperti Mahasiswa Baru (Maba) Undip.

Nabilla Ghaitsa Balqis dan Yuniz Madania Syahidanty, dua Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Undip angkatan 2025 terdorong untuk ikut serta dalam acara pernyataan sikap civitas academica Undip. Mereka tergerak melalui suara hati mereka yang risih dengan kondisi Indonesia saat ini.

“Kalo dari aku sih yang jelas ini dari suara hati aku, karena nggak semuanya itu didengar dan yang sekalinya didengar pun hanya kalangan atas gitu,” ujar Yuniz.

Lebih lanjut Balqis menyoroti berbagai macam kasus yang terjadi sejak tewasnya Affan Kurniawan yang berujung pada pernyataan sikap ini. Salah satunya ia cukup menyayangkan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) untuk menaikan gaji dan tunjangan anggota dewan di tengah kondisi negara yang sedang kacau.

“Kalo dari aku, kenaikan gaji anggota DPR tidak memikirkan kaum bawah, seperti guru dan yang lainnya. Puncaknya itu di pelanggaran HAM yang kemarin, ketika Affan Kurniawan ditabrak oleh rantis milik Brimob,” terang Balqis.

Terakhir, Balqis dan Yuniz berharap agar pihak di Dewan perwakilan Rakyat (DPR) Mau mendengarkan suara kaum bawah.

“Indonesia harus maju sih, suara ini harus bisa melawan DPR atau yang di atasnya, kami berharap semoga pemerintah lebih mendengar suara kami, bukan cuma kaum atas saja, tapi dari kaum bawah termasuk mahasiswa,” tegas keduanya.

Reporter: Diaz, Alim, Irsyad

Penulis: Irsyad

Editor: Diaz

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top