
Saya akan memulainya dengan sebuah pertanyaan serius: Apa yang akan Anda lakukan ketika melihat seorang perempuan mengalami kekerasan seksual di ruang publik?
Saya pribadi, ketika hendak menjawab, muncul secercah keraguan mendalam. Jika saya diam, maka saya mengizinkan kekerasan tersebut terjadi. Tapi, jika saya beraksi, bisa jadi saya akan memperburuk situasi. Saya yakin benar, beberapa di antara kita masih bergumul dengan pikiran-pikiran yang membingungkan semacam itu, terutama dalam mengambil keputusan yang sangat berisiko.
Sampai, sebuah istilah bystander intervention muncul ke dalam laman internet saya. Ada juga metode intervensi BANTU yang dikembangkan oleh Jakarta Feminist. Dengan metode intervensi BANTU, kita dapat memahami bystander intervention dengan sederhana.
Bystander intervention melampirkan metode 5D bagi kita—saksi terjadinya kekerasan, dalam konteks ini kekerasan seksual. Metode aksi 5D tersebut ialah: Distract, Delegate, Document, Delay, dan Direct. Sementara itu, dalam intervensi BANTU kita punya beberapa aksi untuk dilakukan, terutama ketika menjadi seorang saksi terjadinya kekerasan, yakni:
Berani Tegur Pelaku (Direct)
Tujuan dari metode ini adalah untuk menghentikan tindakan pelaku dengan konfrontasi verbal langsung, serta memberi sinyal bahwa ada orang lain di tempat terjadinya kekerasan dan tindakan pelaku tidak bisa diterima. Aksi ini dapat dilakukan ketika kita menemukan pelaku melemparkan ujaran seksual kepada korban di ruang publik.
Namun, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kita tetap harus menekankan keselamatan pribadi dan memastikan bahwa pelaku tidak membawa senjata tajam. Selain itu, penting untuk tetap berada di tempat yang ramai agar kita mudah mencari bantuan lebih lanjut.
Alihkan Perhatian (Distract)
Metode ini menginterupsi situasi tanpa memicu konfrontasi langsung dan memberi korban ruang untuk keluar dari situasi atau mengambil napas. Dalam melakukan metode ini, biasanya lebih aman bagi penolong, terutama jika pelaku tampak agresif.
“Hai, sudah lama di sini?” atau “Maaf, saya mau lewat,” atau “Ini dompetnya jatuh,” merupakan tiga contoh upaya mengalihkan perhatian. Dapat juga mengajukan pertanyaan acak kepada korban agar situasi menjadi lebih aman.
Ngajak Orang untuk Membantu (Delegate)
Metode ini merupakan salah satu yang paling aman, sebab kita mengajak orang lain untuk membantu. Kita dapat meminta bantuan kepada orang di di sekitar, teman, atau petugas keamanan seperti security staff, polisi, atau kondektur bus. Dengan mengajak orang lain untuk membantu, itu juga berarti kita menumbuhkan ruang aman bersama.
Tanya keinginan korban (Delay)
Ajukan pertanyaan tentang kebutuhan atau keinginan korban saat itu. Kamu juga bisa memberi informasi kepada korban untuk mengakses pendampingan lebih lanjut melalui carilayanan.com. Serahkan segala keputusan pada korban yang akan disesuaikan dengan kebutuhannya. Tunjukkan perhatian dan afirmasi bahwa korban berhak memutuskan segala hal yang berkaitan dengan kejadian kekerasan tersebut.
Upayakan merekam kejadian (Document)
Penting bagi kita—para saksi—untuk melakukan dokumentasi. Namun, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan dalam merekam kejadian. Pertama, fokuslah pada kejadian kekerasan yang sedang berlangsung. Kedua, upayakan merekam dalam jarak aman. Ketiga, usai merekam, serahkan rekaman pada korban, sebab kendali dan hak atas rekaman tersebut menjadi milik korban. Turuti kemauan korban, dan jangan paksa korban memutuskan hal-hal terkait kejadian tersebut.
Itulah intervensi BANTU atau bystander intervention yang dapat kita lakukan bersama ketika melihat adanya kekerasan seksual di ruang publik. Melalui intervensi ini, tentu kita tahu bahwa setiap orang punya peran untuk “menyelamatkan” korban.
Saya percaya, aksi dan keberanian kecil dalam diri mampu menghadirkan ruang aman bagi sesama, terutama bagi perempuan. Di dunia yang diskriminatif, kita harus saling menjadi ruang aman bagi sesama. Dengan bystander intervention ini, kita diharapkan mampu menjadi seorang pengamat aktif dan menanggalkan jauh-jauh ketakutan, keegoisan, dan ketidakpedulian diri untuk sesama.
Penulis: Marricy