Mencari Jejak di Kota Lama-lama

Sabtu (8/4) sekitar pukul 09.00 WIB rombongan tiba di kompeks Kota Lama, Semarang. Angkot warna kuning tua itu menepi di dekat Gereja Blenduk. Beberapa orang turun kemudian menuju taman di dekat Gereja tua itu. Sekitar 15-an orang lesehan di atas tikar.

Pagi itu, Tim Litbang Hayamwuruk akan mengadakan kegiatan Ruang Magang 2005. Acara ini merupakan forum evaluasi selama pelaksanaan magang. Peserta magang boleh mengajukan kritik. Pada akhir acara akan diberikan hasil evaluasi dari Tim Litbang. Ada yang lolos, namun lebih banyak lagi yang tidak lolos.

Setelah briefing beberapa menit, para peserta magang dilepas. Mereka mendapat tugas untuk mencari berita di sekitar Kota Lama dan Pasar Johar. Jam 12.00 siang mereka harus sudah kembali ke pos panitia lagi.

***
Berjalan-jalan di Kota Lama mengusik kenangan. Setahun yang lalu, Hayamwuruk membawa para peserta Workshop Jurnalisme-Sastrawi berjalan menelusuri Kota Lama. Mereka diminta membuat berita. Namun hanya beberapa orang yang mengumpulkan. Padahal, pihak panitia sudah menjanjikan akan mengajukan naskah terbaik untuk diterbitkan di media umum.

Setahun lewat banyak peristiwa terjadi. Kota Lama barangkali hanya menjadi saksi yang masih setia tertinggal di tempat yang kami tapaki kembali.

Selain itu, masih ada Kota-Kota Lama lain. Masih ada peristiwa-peristiwa yang tidak sempat tercatat. Yach, setahun berlangsung begitu cepat. Kami tak kuasa menahan laju perputaran waktu itu.

***
Setiap peserta kini mendapat giliran membacakan hasil liputannya. Ada yang menulis tentang seorang penjual air, penjual es dawet, pemulung, penjual buku loak di Pasar Johar, dan lain-lainnya. Arah tulisan hampir sehaluan. Semua bercerita tentang bagaimana orang kecil bertahan hidup. Menarik juga, beberapa diantaranya sangat menyentuh.

Salah satu tulisan dibuka dengan seorang perempuan tua yang tengah melipat-lipat kertas. Dengan wajah kusut-keriput ia tekun mengaisi sampah untuk ditukarkan dengan rupiah. Atau tulisan satunya, yang dibuka dengan seorang lelaki tua yang mendorong gerobak berisi air. Ia adalah lelaki tua yang menjual air dari satu warung makan satu ke warung makan lain, di sekitar Kota Lama.

Diakhir acara diumukan hasil evaluasi. Benar, lebih banyak yang tidak lolos dari pada yang lolos. Selain itu, Litbang memilih tiga besar sebagai peserta magang terbaik. Mereka menerima bingkisan kecil dari panitia sebagai tanda penghargaan.

Ada harapan ketika melihat tunas-tunas baru itu. Ketika sinar matahari mulai redup di Kota Lama itu, kami pun pulang, menutup kisah seharian di sana.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top