SIM, Fasilitas Baru Warga Sastra





Pengisian KRS bisa dilakukan di rumah. Nilai hasil ujian tiap semester pun bisa diketahui dengan cepat tanpa harus datang ke kampus. Semua itu bisa dilakukan jika SIM sudah tersedia.

Oleh : Pratama Yoga N
Reporter : Yuanita M, Handini UPS, Ika Lutfi A, Nor Ismawati, Kurniawan

TIAP awal semester, mahasiswa Fakultas Sastra disibukkan dengan pengisian KRS. Mereka memilih matakuliah yang akan diambil satu semester ke depan. Selanjutnya yang harus dilakukan adalah memasukkan kode matakuliah pilihannya ke komputer agar bisa di proses pihak tata usaha.

Tetapi apa jadinya jika hanya dua buah komputer yang disiapkan untuk mahasiswa? Padahal mahasiswa Sastra mencapai ribuan.

Fajar Dian Utami, mahasiswi Ilmu Perpustakaan`06, mengeluh ketika input data ke komputer. “Komputer kurang saat mau ngisi KRS sehingga harus antre,” kata Fajar agak kesal.

Sependapat dengan Fajar, Dwi Cahyo, mahasiswa asal Karang Anyar ini juga mengeluh soal kekurangan komputer. “Harus antri saat input, stress deh pokoknya, capek, menyita waktu.”

Tidak salah memang mereka mengatakan demikian. Coba saja Anda bandingkan 2047 mahasiswa di Fakultas Sastra (data diambil dari jumlah mahasiswa yang membayar dana kemahasiswaan tahun ajaran 2006/2007) dengan dua buah komputer untuk melayani kebutuhaanya. Bayangkan berapa lama antrenya.

Berbeda dengan Fajar dan Dwi, Mulyati, mahasiswa Sastra Indonesia2005, menyoroti dampak lain. Saat memasukkan data ke komputer terjadi kesalahan, misalnya. “Kemungkinan terjadi kesalahan sangat besar, apalagi teman-teman saya banyak yang nitip, semester tiga kemarin aja saya hampir salah masukinnya.”

Setelah dikonfirmasi lebih lanjut kenapa teman-temanya menitipkan KRS, Ulya, sapaan akrab Mulyati, menjelaskan. “Temen pada nitip karena antrenya lama banget, desak-desakan, jadi saya mau-mau aja. Harus ada yang berkorban, namanya juga teman,” kata Ulya sambil tersenyum kecil.

Oleh karena itulah, pihak fakultas berencana memasang Sistem Informasi Manajemen (SIM). Apa itu SIM?

“SIM itu sistem yang menggunakan electronic divice yaitu peralatan elektonik yang mengatur bidang akademik, pengajaran, kemahasiswaan, keuangan, kepegawaian dan aset. Dekan tinggal mengklik untuk mengetahui di mana seorang dosen mengajar, misalnya. Selain itu bidang kepegawaian, dosen yang belum naik pangkat dapat diketahui datanya, selanjutnya akan diingatkan untuk segera menyerahkan syarat-syarat naik pangkat,” terang Drs Suharno MEd, Pembantu Dekan IV yang mengurusi kerjasama dan pengembangan.

Awalnya progam penyelenggaraan SIM adalah tanggung jawab Universitas. Tiap fakultas tidak perlu susah payah memikirkanya. Tapi kemudian muncul masalah pada pendanaan. Universitas kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan tiap fakultasnya sehingga penyelenggaraan SIM diserahkan kepada masing-masing fakultas. Fakultas Ekonomi sudah ada, Kedokteran, Teknik juga demikian. Fisip sudah mulai memasang SIM. Bagaimana dengan Sastra?

Drs Widodo ASS MEd, PD II, mengatakan Fakultas Sastra berencana mengembangkan SIM layaknya Fakultas Ekonomi. Dengan SIM mahasiswa tak perlu antre mengisi KRS. Bahkan bisa dilakukan di daerah asal masing-masing. Mahasiswa tak perlu ke kampus, tinggal klik di rumah saja.

Dra Chusnul Hayati MHum, PD I, membenarkan hal itu. Namun, pengembangan SIM masih dalam progam. Sebenarnya, fakultas akan memasang SIM 2006 lalu. Dana yang dibutuhkan 90 juta.

Akhir 2006 lalu, September, saat Prof Sri Rahayu Prihatmi masih menjabat sebagai dekan Fakultas Sastra, rencana SIM untuk bidang akademik sudah setengah matang. Yang mengerjakan program itu orang dari Unnes (Universitas Negeri Semarang). “Tapi dekan kurang puas, jadi rencananya dipending dulu,” tambah Suharno.

Namun demikian, keinginan untuk memasang SIM tak pernah terkikis. Tahun 2007 Fakultas Sastra mendapatkan dana untuk progam pengembangan SIM sebesar 300 juta rupiah dari duta Undip. Tapi, kenapa sampai sekarang belum juga terealisasikan?

“Ya sebenarnya dana itu 1,2 milyar rupiah. 500 juta untuk sejarah, 400 juta untuk jurusan Sastra Inggris dan 300 juta untuk SIM. Kita memang sudah diberi tahu mendapatkan dana 300 juta, kemudian kita sudah diminta respeck nya, tapi itu belum juga turun,” kata Widodo.

Lebih lanjut Widodo mengatakan, fakultas hanya mengajukan usulan. Tempat untuk SIM telah tersedia. Tepatnya di samping kanan perpustakaan Fakultas Sastra, bangunan paling pojok, dan menghadap ke timur.

Suharno menambahkan,”DIPA Undip pusat telah menyetujui usulan Fakultas Sastra mengenai pengembangannya tahun 2006 lalu, dan kita mendapatkan dana 300 juta. Tapi, sampai sekarang belum ada tanda-tanda dana itu keluar. Untuk sekarang kita sudah mempersiapkan portal. Jangkauanya lebih luas daripada website dan bilingual, jadi ada penerjemah teksnya. Kita bekerjasama dengan CV Colibri Infosy untuk mengelolanya. Kita menghabiskan 25 juta untuk itu. Bisa juga untuk elektronic learning, jadi selain tatap muka dosen bisa mengajar lewat email,” tambahnya.

Entah kapan progam SIM secara lengkap terwujud di Fakultas Sastra, layaknya Fakultas Ekonomi. Mungkin 2008, kata Suharno. “Pokoknya menunggu dana dari DIPA Undip pusat turun, lumayan 300 juta meskipun tidak selengkap seperti di Ekonomi. Soalnya untuk pengembangan SIM secara lengkap menghabiskan dana 500 juta, itu di Ekonomi, dan untuk pemeliharanya 15-20 juta perbulannya,” paparnya .

Tinggal tunggu saja dana itu keluar. Entah 2008, 2009, 2010, atau…. Ditunggu saja!***

2 thoughts on “SIM, Fasilitas Baru Warga Sastra

  1. iyah! saya mahasiswa baru Sastra Inggris Reguler 2007. sebel banget musti beribet-ribet ria untuk sebuah KRS!!! kirain Undip udah memberlakukan sistem KRS online pada seluruh fakultas!ternyata?!
    saya mengaku kecewa dengan sarana prasarana serta akses informasi di Undip. apalagi di Sastra. semoga saya tidak kecewa lagi dengan sistem pembelajarannya.

    salam kenal,
    hidup mahasiswa!
    DINI H.R.

  2. Sepertinya ada salah paham disini. SIM yang akan dikembangkan Fak. Sastra merupakan suatu sistem database yang memang akan menampung seluruh kebutuhan fakultas akan data.
    Namun perlu diingat, bahwa yang menjadi kendala dari di tulisan diatas adalah pengisian KRS yang selalu menumpuk di loket TU Fakultas dan antrian panjang.
    SIM baru ini tidak akan bisa untuk mengisi KRS lewat internet. Ini lebih disebabkan oleh karena faktor keamanan.
    Banyak pengalaman dari fakultas atau bahkan universitas lain yang pernah melakukan pengisian KRS lewat internet, data KRS yang telah diisi oleh mahasiswa telah dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab (baca:cracker).
    Padahal KRS dapat dikatakan sebagai nyawa mahasiswa dalam satu semester untuk diperbolehkan mengikuti perkuliahan.
    Maka untuk pengisian KRS, kemungkinan besar tetap akan seperti yang dahulu, atau kalau dimungkinkan ada suatu tempat khusus yang akan menampung mahasiswa dalam proses pengisian KRS tersebut. Namun tetap tidak akan bisa dilakukan lewat internet.
    Terima kasih.

    satx_admin

Leave a Reply to dini rahma Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top