Oleh: Qur’anul Hidayat Idris
Reporter: Diaz Marandi
Fotografer: Syaiful Romadhan
Wajah-wajah segar Maba (Mahasiswa Baru) FIB 2011 memadati tangga menuju ruang A.3.11 di lantai 3 gedung FIB Undip. Tepat pukul 15. 48 WIB (15/10/11) mereka digerakkan oleh pengurus BEM untuk segera menuju ruang tersebut, karena salah satu dari 3 rangkaian acara “Welcome Party” memeriahkan Dies Natalis FIB ke-48 akan segera dimulai. Ruangan seketika sesak oleh manusia dan suara bising kursi yang digeser serta suara-suara percakapan yang berkumpul menjadi satu.
Dipta selaku Wakil Presiden BEM mengkondisikan ruangan setelah melihat ada aba-aba dari Febri Taufiqurrahman (Presiden BEM) kalau tamu yang ditunggu sudah masuk ke dalam area gedung kampus FIB. Beberapa pengurus BEM lain ikut berteriak memberi instruksi agar maba segera duduk dan meminimalisir kebisingan.
Pintu ruangan yang tepat di depan ruang A.3.9 terbuka, seorang wanita cantik masuk diikuti tiga orang pria bertubuh tinggi dan berpenampilan menarik. Senyuman mereka tebar ke segala sisi ruangan sebelum akhirnya duduk di kursi yang biasanya digunakan oleh dosen. Tika dari BEM FIB yang ditunjuk sebagai MC langsung membuka acara lewat pengeras suara yang otomatis membuat pandangan mengarah ke depan ruangan.
“Baiklah kita mulai kuliahnya!” Ucapan sambil tersenyum wanita berbaju hitam yang tak lain adalah tamu acara itu mengundang tawa. Dia bercanda? Tentu saja. Itu hanyalah lelucon yang membuka sesi perkenalan seluruh personel Gecko Band di hadapan Maba FIB 2011 dan pengurus BEM FIB. Suasana Meet and Greet yang dilakukan di ruang kuliah umum mungkin membuatnya merasa seperti sedang menjadi dosen dadakan dan akan memberi mata kuliah untuk mahasiswa baru.
Si pembuat lelucon bernama Putri (vokalis), selanjutnya secara berurutan ia memperkenalkan tiga pria yang berderetan duduk disamping kanannya. “Gecko band punya personel kembar, Adi sebagai gitaris dan Dwi (sebagai) basis, nah di sana itu yang paling tua, hehe. Ada Hendra (sebagai) drummer”.
Saat ditanya hal ikhwal pemberian nama Gecko untuk band mereka, Adi yang saat itu memakai baju putih menjawab kalau Gecko adalah nama lain dari Tokek, hewan bersuara aneh mirip kadal yang terdapat di dinding rumah. Penjelasan ini membuat banyak penonton terkaget-kaget karena mengira Gecko memiliki arti yang bagus layaknya nama itu ketika disebut atau pun diperdengarkan. “…artinya itu Tokek atau kejutan-kejutan. Kami ingin lagu dari Gecko memberi banyak kejutan-kejutan bagi pendengar” Terang Adi yang menyukai musik dari Linkin Park, The Fighter, dan Nidji.
Band yang semua personelnya asli dari Bali ini mulai melejitkan nama mereka di ranah musik Indonesia saat menjadi pemenang dalam ajang pencarian band-band indie yang diadakan L.A Light pada tahun 2009. Walau tidak setenar Nidji atau Ungu, mereka cukup mampu memperkenalkan lagu-lagu mereka yang beraliran pop rock alternatif ke masyarakat. Salah satunya single berjudul “Cemburu”.
Gecko Band sudah manggung di Kalimantan, Bali, Lombok, dan Jawa. Pulau yang belum mereka datangi adalah Sumatera dan Irian. Untuk Semarang sendiri, konser kali ini merupakan kali kedua. Saat ditanya MC tanggapan mereka tentang Semarang, Putri menjawab tegas. “Semarang itu panas!”
“Nama fans kita Geckomeo, meo itu sendiri kita ambil dari me dan manajemen kita My Oh Yeah! Kunjungin aja di FB” Lanjut Putri yang menyukai tahu gimbal di Simpang Lima. Bagi mereka fans adalah teman, hubungannya bersifat kekeluargaan antara pembuat musik dan penikmat musik, tidak ada gap.
Pertanyaan menarik dilontarkan oleh Diaz Marandi, reporter LPM Hayamwuruk yang mendapat kesempatan bertanya. Ia menanyakan tentang konsistensi Gecko Band terhadap aliran yang mereka amini sekarang. Apakah terjebak pada kepentingan pasar atau mengikuti idealisme bermusik yang sudah terbentuk?
Adi menjawab tegas kalau mereka tetap pada aliran mereka dalam artian tidak kaku melihat perkembangan musik yang sedang berkembang. Perkembangan itu tetap mereka masukkan namun tidak merubah tampilan musik asli mereka.
Pertanyaan ini mungkin muncul setelah melihat bagaimana kompromi dalam pasar permusikan Indonesia sering membuat tergerusnya idealisme para pemusik. Alhasil, trend menjadi penentu segalanya, musik menjadi monoton pada suatu aliran yang ‘bisa jadi’ bertentangan dengan aliran mereka sebenarnya. Mengikuti pasar akan membuat nama sebuah band atau musisi melambung dengan cepat. Namun dibalik itu sama saja dengan mengerdilkan diri sendiri, seakan tidak tahu jalan yang sempat dibangun dengan susah payah.
Impian yang ingin dicapai Gecko setahun kedepan adalah mengeluarkan full album, karena sampai sekarang mereka baru mengeluarkan mini album yang berisikan 5 buah lagu. Hal lain yang menajadi harapan mereka juga adalah bisa berkolaborasi dengan Gigi.
“Aku tak bisa, melihat dirimu dengannya, karena ku pasti cemburu, pasti cemburu, pasti cemburu!” Akhirnya lantunan single “Cemburu” terlantun indah dari Putri, acara diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan dari BEM FIB berupa sertifikat dan sebuah buku Sekolah Harapan, diwakili oleh Presiden BEM ***
*Berita ini merupakan liputan pertama dari rangkaian acara Welcome Party FIB Undip, berita rangkaian selanjutnya akan kami posting berkala setelah berita ini.