
Rabu (20/4/2022) Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Semarang adakan webinar dengan tajuk “Dampak Krisis Iklim di Pesisir Utara Jawa Tengah dan Peran Media” melalui Zoom meeting. Krisis iklim yang terjadi saat ini telah menimbulkan bencana baru, tetapi masih kurangnya perhatian media dalam melakukan pemberitaan mendalam.
Acara tersebut menghadirkan pakar lingkungan dan tata kota Unissula Semarang Mila Karmila, kepala BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Tengah Sukasno, dan kontributor Semarang Kompas.com Dafi Yusuf.
Menurut data dari Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC) yang dipaparkan oleh Sukasno, perubahan iklim benar-benar terjadi sehingga menyebabkan banjir dan kekeringan. Selain itu, dampak perubahan iklim akan memengaruhi pola curah hujan serta kenaikan tinggi pada muka laut di daerah pesisir.
Dafi Yusuf mengungkapkan, perubahan iklim telah menimbulkan masalah lain diantaranya permasalahan kesehatan dan ekonomi. “79 balita Tambak Lorok, Kota Semarang mengalami stunting yang disebabkan lingkungan kurang sehat. Rata-rata dalam dua tahun warga pesisir Semarang harus meninggalkan rumahnya dan merenovasi rumahnya agar lebih tinggi dari volume air,” imbuhnya.
Dengan kondisi bencana iklim yang terus merajalela, menurut Dafi, pemberitaan krisis iklim di Jawa Tengah meningkat setiap tahunnya. Namun, pemberitaan tersebut hanya sebatas straight news yang memberitakan sebuah peristiwa, sehingga analisisnya sangat sedikit. Kondisi tersebut menjadi sebuah masalah.
Sukasno menuturkan bahwa wilayah pesisir sangat rentan terhadap bencana seperti banjir rob, gelombang tinggi atau badai, tsunami, kenaikan suhu permukaan laut, kenaikan muka laut, maupun abrasi.
“Bencana di pesisir didominasi hampir 80% berasal dari bencana hidrometeorologi, peningkatan aktivitas manusia, dan perkembangan zaman yang turut andil dalam perubahan iklim,” imbuhnya.
Selanjutnya, Mila Karmila mengungkapkan, terkait permasalahan perubahan iklim di Pesisir Utara Jawa Tengah harus memperhatikan sebab-akibat yang ada. “Abrasi merupakan dampak, land subsidence sebagai sebab, banjir merupakan dampak, dan rob merupakan sebab. Sehingga sebab-sebab tersebut yang perlu ditangani terlebih dahulu,” tuturnya.
Ia menambahkan terkait land subsidence, prioritas pemerintah pusat ada pada Pantai Utara Jawa. Diantaranya Kota Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten dan Kota Pekalongan. Ia juga mengatakan bahwa banjir, rob, dan land subsidence berdampak pada hilangnya mata pencaharian, beban bertambah, dan akses terhadap fasilitas umum semakin sulit.
“Permasalahan yang menyangkut krisis iklim di Jawa Tengah diantaranya isu lingkungan yang belum dijadikan sebagai isu utama di beberapa media, perlu waktu yang panjang dan mendalam (dalam liputan pemberitaan sedangkan kebutuhan media menuntut kecepatan), pemerintah terkait susah dikonfirmasi, dan rob belum dikategorikan sebagai bencana”, pungkas Dafi.
Reporter: Lavik, Jihan
Penulis: Jihan
Editor: Lala