Perennium: Konsep Ruang dan Waktu Ala Kharisma Jati

Sumber Gambar: K. Jati Studio

Beberapa orang mungkin kenal Kharisma Jati sebagai seorang komikus erotis dengan mutilasi dalam Bad Comic For Bad People, satiris dengan God You Must Be Joking, maupun kritis dengan Class Struggle. Komik komik idealis miliknya kerap dianggap menguji bahkan melewati batas seperti kasus yang dihadapinya dengan Sheila’s Playground. Kali ini kita akan melihat karya Kharisma Jati dari sisi lain, sisi yang ‘pop’, yaitu dalam komiknya yang berjudul Perennium.

Saya bertemu dengan komik ini secara tidak sengaja karena teman-teman saya berdiskusi tentang “isekai”. Mereka berdiskusi dari definisi hingga karakteristik dari isekai, lalu salah satu dari mereka nyeletuk kalau ada komik isekai hasil karya penulis Indonesia yang berjudul Perennium. Di sini dia menjelaskan bahwa komik tersebut memiliki karakteristik dari genre yang terkenal di Jepang ini, antara lain perpindahan dunia dan makhluk fantasi. Saya pun tertarik karena penjelasannya dan akhirnya membaca komik tersebut dengan bayangan cerita dipindahkan ke dunia fantasi ala Tolkien. Namun, ternyata saya salah berekspektasi.

Karakteristik fantasi ala Tolkien yang saya ekspektasikan dalam komik ini adalah penggunaan  sihir, dunia yang berlatar medieval, dan juga makhluk “faerie”. Setelah membaca, saya menemukan hal yang cukup berbeda dari karakteristik di atas. Untuk sihir dan perpindahan dunianya, ada kemampuan khusus yang ada dalam komik ini yang disebut proyeksi. Dari perkataan salah satu karakter di komik ini, proyeksi adalah kemampuan khusus untuk mengirim data penginderaan ke orang lain melalui kontak fisik. Hal tersebut meliputi telepati dan juga visual. Melalui perspektif tokoh utamanya yang bernama Cindhil, kita tahu bahwa seseorang yang terkena proyeksi yang disusun secara runtut akan merasa bahwa gambaran yang dikirimkan adalah sebuah pengalaman yang dirasakan. Dalam hal ini, ingatan juga masuk di dalamnya. Lalu dari definisi salah satu kesatria langit bernama Martin, orang-orang yang bisa melakukan perpindahan dunia adalah bangsa langit dengan menggunakan sebuah “perennium”. Menurut Martin, perpindahan ini merupakan perpindahan ruang dan waktu dalam dunia paralel. Dari sudut pandang orang lain, seseorang yang pindah melalui perennium itu seperti kerasukan ingatan, tiba-tiba sadar akan sesuatu. Martin pun berkata bahwa bangsa langit tidak akan mati dan akan terus bangkit lewat perennium serta mereka akan langsung tahu siapa musuh sebenarnya saat bangkit. Selain itu, karakter utama kita digadang-gadang akan memasukan perennium ke sebuah alat. Kekompleksan dari sihir dan perpindahan dunia ini berbeda dengan Tolkien. Sihir atau faerie Tolkien itu jauh dari hal-hal vulgar seperti penjelasan ilmiah dan kerja keras. Selain itu faerie dalam sebuah cerita tidaklah boleh dipermainkan, tetapi dalam halaman 103, konsep proyeksi dan perennium ditertawakan.

Untuk dunia dan makhluknya, ternyata komik ini memiliki dua unsur utama, yaitu mereferensikan masa kolonial dan futuristik. Komik Perennium ini bercerita melintasi tiga masa, yaitu datangnya alien bangsa langit, kolonialisme bangsa langit, dan masa depan. Dalam dua masa awal, pembaca diperlihatkan makhluk faerie atau sihir seperti manusia bertelinga panjang, manusia bermata tiga, hingga kuda bersayap. Namun, di masa yang sama, kita juga diperlihatkan adanya kapal terbang ruang angkasa, manusia berseragam astronot, hingga robot. Tidak hanya itu, dinarasikan bahwa bumi telah menjadi tempat perang manusia yang tinggal di planet Mars dan manusia lokal. Selain itu, bangsa bumi dan bangsa langit di dua masa tersebut beratribut seperti masyarakat Jawa dan Eropa. Di sisi bumi, ada yang memakai blangkon, mengikat kain di kepala, sampai penggunaan senjatanya. Di sisi bangsa langit, ada yang memakai zirah besi, helm ksatria Eropa, dan juga membawa senjata api. Untuk selengkapnya, hal tersebut bisa dilihat dalam analisis visual komik ini dalam masa penjajahan pada tesis berjudul “Relasi Kuasa Dalam Komik Perennium Karya Kharisma Jati” yang ditulis Jevon Jeremy dkk. Tidak hanya itu, di masa kolonial terdapat mobil kuno yang terlihat bisa terbang dengan tenaga roket. Selain itu, di masa depan, kondisi bumi diperlihatkan seperti zaman sekarang, zaman di mana penulis tulisan ini tinggal, dengan berbagai plesetan nama brand. Hal ini secara terang-terangan mencampur makhluk faerie dan hal futuristik seperti robot ke dalam satu dunia. Sedikitnya unsur makhluk faerie dibandingkan unsur futuristik ini membuat penulis berpikir kalau komik ini lebih menuju ke fiksi ilmiah dibandingkan fantasi. Dunianya pun tidaklah medieval meski dengan atribut Eropa, akan tetapi sebuah referensi masa penjajahan dan masa kini dengan bumbu futuristik.

Hal itu juga didukung dengan waktu dalam komik ini. Dikatakan bahwa bangsa langit datang ke bumi 300 tahun sebelum masa kolonial, maka mereka datang pada akhir abad ke-26. Lalu untuk masa kolonial dari perspektif Cindhil, terjadi pada tahun 2890-an. Di masa depan, dikatakan bahwa hal masa kolonial terjadi seabad lalu yang menjadikan masa depan terjadi pada abad ke-30. Meskipun berada di masa yang jauh dari tahun hidup penulis, mereka masih menggunakan atribut masa lampau dengan menggunakan teknologi masa mereka.

Selain keunikannya tersebut, komik ini juga menyinggung soal optimisme. Dikatakan oleh ayah Martin Pangloss yang dipanggil Profesor Pangloss dan disampaikan oleh Nyai Sianidah bahwa kita hidup di dunia yang paling baik dibandingkan segala kemungkinan dunia yang terjadi karena hukum sebab akibat selalu menuju kebaikan. Setelah menyampaikan hal tersebut ke Cindhil, Nyai Sianidah yang dipanggil Mama ini mengajaknya berbicara empat mata dan menunjukan proyeksi. Di situ, Mama menunjukan bagaimana proyeksi bekerja seperti yang dijelaskan sebelumnya. Dia juga memberi sebuah pernyataan ke Cindhil dari cara kerja proyeksi bahwa kita tidak tahu kalau kedamaian pada masa itu apakah hanya sebuah proyeksi atau ilusi semata. Optimisme kembali diterka setelah Cindhil dibunuh Martin dan pindah ke masa depan serta mendapat ingatan masa depannya. Di zaman tersebut meskipun dirasa sudah berdamai dengan bangsat langit, ternyata bumi telah dijual seutuhnya ke bangsa langit yang berencana menggunakan seluruh sumber dayanya untuk menyelamatkan planet teritori mereka. Hal tersebut disampaikan oleh seorang teman peranakan bangsa langit bernama Jean. Di sana dia juga bilang bahwa manusia bumi harus membela hak mereka jika ingin hidup. Dalam hal ini, manusia tidak boleh optimis dan membiarkan hukum kausalitas berjalan sendirinya yang akan berakibat lenyapnya kehidupan bumi. Alih-alih pasrah, mereka harus melakukan usaha dan kerja keras untuk mengubah hal tersebut. Ketidakoptimisan ini pun yang membuat oposisi biner terdekonstruksi, di mana makhluk bumi yang terjajah itu akan mendominasi bangsa langit. Hal ini bisa kita lihat dari dua hal, masa depan kelompok Martin dan narasi di akhir komik. Di masa depan kelompok Martin, ternyata musuh yang menyerang planet mereka memiliki pemimpin seorang makhluk bumi bernama Cindhil. Hal ini menunjukan bahwa makhluk bumi memulai penyerangan ke bangsa langit. Di narasi akhir, dijelaskan bahwa Cindhil yang mendapat proyeksi Profesor Pangloss merupakan awal dari tersebarnya perennium ke manusia Bumi, dan akan datang masa saat orang Bumi menjadi bangsa langit selanjutnya.

Jika dilihat dari latar, nama tokoh, dan plot, komik ini sepertinya mereferensikan dua karya, yaitu Bumi Manusia-nya Pramoedya Ananta Toer dan Candide-nya Voltaire. Sebenarnya saya sendiri tidak tahu bahwa komik ini mereferensikan dua novel tersebut saat pertama kali baca, tapi saat lihat media sosial, yang mana di postingan teaser komik ini di akun Facebook istri Kharisma Jati penuh dengan komentar mirip Bumi Manusia dan Candide, saya pun menonton film Bumi Manusia dan melihat ringkasan Candide. Saya pun akhirnya tahu apa saja yang direferensikan. Komik Perennium dimulai dengan diajaknya Cindhil oleh temannya, seorang peranakan bangsa langit, bernama Rob. Dalam aksi tersebut, Rob mengambil dan mengomentari foto ratu jagad raya yang dipegang Cindhil. Hal tersebut sama dengan Bumi Manusia yang mana Minke diajak oleh teman Indonya yang bernama Robert. Adegannya pun sama, Robert mengambil dan berkomentar akan foto ratu yang dipegang Minke.

Selain itu, keluarga Pangloss dan robot penjaganya yang menakutkan merepresentasikan keluarga Mellema di Bumi Manusia. Darsam sebagai Cacambo, Martin Pangloss sebagai Robert Mellema, Annelies Pangloss sebagai Annelies, dan Nyai Ontosoroh sebagai Nyai Sianidah. Tidak hanya itu, teman masa depan Cindhil yang bernama Jean itu juga merupakan referensi karakter yang bernama sama di Bumi Manusia. Lalu persamaannya dengan novel Candide, dilansir dari tulisan Jevon Jeremy, nama dan pemikiran optimisme di Perennium ada yang sama dengan karya Voltaire tersebut. Bagaimana Profesor Pangloss berpikir bahwa kita hidup di dunia paling baik adalah referensi ajaran Pangloss ke Candide. Tidak hanya itu, pernyataan hukum sebab akibat yang selalu menuju kebaikan itu yang membuat Martin Pangloss mengikuti jalan ayahnya yang mana membasmi organisme perusak. Hal ini sejalan dengan Candide yang berpikir bahwa pandangan Pangloss adalah salah.

Dari segi cerita, menurut penulis komik ini tamat secara prematur. Meskipun katanya telah ditamatkan dari digantungkannya di majalah Fight, penulis rasa komik ini berhenti saat sudah mulai ke puncaknya, saat Martin dan Cindhil mengerti apa peran mereka dari informasi yang didapat. Selain itu, banyak hal yang sepertinya dimasukan oleh pengarang tapi tidak dimanfaatkan, seperti adanya sosok yang menggunakan topeng seperti ratu jagad raya saat masa penjajahan, apa yang dilihat Cindhil tentang Annelies, dan Cacambo yang berkali-kali muncul di media promosi majalah Fight.

Penulis: Sun Alfi
Editor: Rilanda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top