
Universitas Diponegoro (Undip) sukses menggelar acara Festival Dipo Budaya bertemakan “Sebuah Rasa Kebersamaan Dalam Harapan Mencapai Kesatuan dan Ketangguhan Nusantara” pada Selasa (9/9/2025) sore di Muladi Dome.
Muhammad Hamdan Mukafi selaku Person In Charge (PIC) dan Master of Ceremony (MC) dalam acara tersebut mengungkap bahwa Festival Dipo Budaya ini terbentuk atas inisiasi Wakil Rektor II Undip yang kemudian disampaikan ke Direktorat Kemahasiswaan dan Alumni.
“Diinisiasi oleh Wakil Rektor II, lalu disampaikan ke Direktorat Kemahasiswaan dan Alumni yang di dalamnya ada Mas Umam. Kemudian, Mas Umam mengusulkan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) sebagai pionir karena banyak Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kebudayaan,” ujar Hamdan.
Festival Dipo Budaya memberikan ragam penampilan. Mulai dari tari tradisional, teater, hingga musik dari banyak UKM di Undip. Meski baru pertama kali diadakan tetapi acara ini mampu menarik antusiasme masyarakat dan mahasiswa. Terlihat masih banyak penonton yang hadir meski acara diadakan hingga larut malam. Tenant makanan pun juga turut meramaikan acara pada sore hari itu.
Namun, menurut Damar, Mahasiswa Sastra Indonesia, sebagai penonton acara mengatakan bahwa ini belum menunjukkan nuansa kebudayaannya.
“Dalam penyusunan konsep acaranya masih belum menonjolkan ini tuh acara budaya gitu. Secara venue, secara penataan area masih kelihatan kalau ini kayak acara-acara formal yang kita lagi makan di kondangan terus ngundang penampilan,” ujarnya.
Hamdan sendiri menyatakan bahwa untuk sekarang acara ini bukan menonjolkan unsur kebudayaan, melainkan sebagai pemantik antusiasme penonton terlebih dahulu.
“Kalau saya, itu prinsipnya gini ya. Budaya itu harus masuk dalam rasa yang gembira. Nah, justru kalau mereka merasa ini adalah hiburan gratis, malah saya suka. Tanpa memaksa mereka untuk memahami suatu kebudayaan, mereka sudah datang,” ujarnya
Meski acaranya cukup meriah dan mendapatkan antusiasme penonton, tetapi nyatanya terdapat kendala yang cukup serius. Hamdan menjelaskan bahwa dalam persiapannya sempat ada pergantian panitia karena dinilai tidak adanya profesionalisme dalam bekerja. Akibatnya Ia harus membentuk panitia baru yang berisi orang-orang terpercaya nya.
“Panitia utamanya itu kan dari seniora BEM, ya. Dan kemarin malam saya pecat semua. Karena apa? Mereka tidak bekerja dengan sesuai SOP yang saya harapkan. Akhirnya, tim-tim dari Sastra Indonesia, dari FIB, saya rekrut dalam setengah jam, dari setengah 8 sampai jam 8. Mereka datang sampai jam 2 menyelesaikan semua ini,” tuturnya
Sebelumnya Hamdan sudah memberikan kesempatan sebelum melakukan pemecatan tersebut. Dirinya juga menegaskan bahwa hanya bisa memberikan kesempatan tiga kali, setelahnya barulah terjadi pemecatan tersebut.
“Saya melakukan ketegasan-ketegasan berkali-kali sampai 3 kali. Bagi saya kesempatan memberikan kesempatan untuk orang itu 3 kali. Sampai akhirnya setengah 8, gak ada yang datang, saya pecat semua.”
Hamdan berharap persiapan untuk tahun depan dapat lebih lama dengan tim yang kompak karena sudah dua kali dikecewakan oleh BEM.
“Harapan saya, saya bisa masih dibersamai oleh tim-tim seperti ini ya. Saya berharap, kalau pun nanti diadakan lagi, persiapannya minimal satu bulan, tapi timnya orang-orang seperti ini”
Reporter: Lia, Joy, Arya
Penulis: Arya
Editor: Marricy