Hidup akan dimulai lagi ketika neraka sudah usai.
Ernest Hemingway, 1981.
Bunuh diri. Sebuah fakta eksistensial atas tindakan manusia sebagai individu otonom atas keputusannya dalam bertindak yang tidak terikat baik-buruk secara etis dan salah-benar secara agama. Beberapa manusia menyepakati bahwa bunuh diri adalah tindakan melenyapkan diri.
Namun di luar makna sempit tersebut, bunuh diri dianggap “solusi” ekstrim untuk mengakhiri penderitaan yang tak bisa ditangani. Dengan demikian bunuh diri tidak memiliki makna yang definitif karena berangkat dari penggambaran peristiwa dengan berbagai macam motif.
Sejatinya masalah dan penderitaan merupakan ciri utama dari kehidupan manusia. Penderitaan lahir dari kehendak dan ekspektasi manusia yang tak pernah terpuaskan.
Masalah hadir sebagai rintangan yang menghambat jalan manusia menuju apa yang ia inginkan. Masalah dan penderitaan hadir karena manusia tak selalu berdiri pada kapasitasnya dalam membedakan batasan antara kebutuhan dan keinginan.
Sebagai makhluk sosial, manusia secara kodrati dibebani ekspektasi hidup yang tinggi. Hal tersebut membuat mereka lupa untuk menyadari bahwa sebagai seorang diri mereka memiliki keterbatasan dalam menghadapi sebuah penderitaan, mereka layak untuk bahagia.
Beberapa manusia merasa terisolasi dalam hidupnya sendiri dengan masalah-masalah yang tak kunjung teratasi. Kemudian mereka frustasi dan mengakhiri hidupnya sendiri. Lantas, apa yang terjadi?
Sering kali manusia terjebak dalam standarisasi yang tak pernah mereka sepakati. Hal tersebut merupakan bukti dari kerapuhan sistem sosial manusia itu sendiri. Mereka menganggap bahwa mata yang memandang lebih baik dari diri sendiri yang merasakan. Penilaian lebih baik daripada kenyamanan.
Beranjak dari kesalahan ke kesalahan, manusia berupaya menemukan kebenaran. Pada periode tertentu kebenaran justru menjelma sebagai keraguan yang mengantarkan manusia pada kegamangan.
Kebenaran dianggap sebagai sebuah alat pacu yang harus segera diungkapkan, entah melalui fakta atau hanya sekedar persetujuan dari sebagian besar manusia. Kondisi ini akan menjelma menjadi bahaya ketika opsi kedua lebih dominan.
Kebenaran bisa dengan mudah terkucilkan karena kekurangan suara. Salah satu contohnya adalah berbagai stigma negatif yang turut menyumbangkan sebab-sebab kematian korban. Misalnya kalimat yang menyatakan bahwa, ”Orang yang datang ke psikiater berarti gila, depresi itu tidak ada mereka hanya malas dan kurang iman, dan mereka cuman cari perhatian (caper).”
Pencegahan bunuh diri oleh pengidap OKBD
Saat menghadapi situasi yang pelik, kontrol diri merupakan kunci utama. Beberapa cara di bawah ini dapat digunakan untuk memanipulasi keinginan untuk bunuh diri pada Orang dengan Kecenderungan Bunuh Diri (OKBD), yakni:
1. Mempositifkan pikiran negatif
Ketika pikiran kita dihantui oleh kekacauan, cobalah mempositifkan pikiran negatif yang datang. Misalnya ketika kamu berpikir bahwa kamu tidak layak dicintai, ubahlah pemikiran itu menjadi berbunyi, “Jika aku tidak layak dicintai, maka aku harus mencintai orang-orang yang –merasa tidak layak untuk dicintai– sama sepertiku.”
Ketika kesedihan begitu mendominasi ruang pemikiranmu hingga kamu tidak bisa berpikir positif atau keinginan untuk mati benar-benar menggebu-gebu cobalah untuk mengatur pernafasan dan memanipulasi keinginan bahwa, ”Yang kamu butuhkan adalah ketenangan bukan kematian.”
Bunuh diri bukanlah akhir dari penderitaan melainkan wujud kelemahan dan ketidakmampuan seseorang dalam menghadapi keputusasaan. Kamu mulia maka dari itu kamu bukan salah satunya.
2. Ganti barang sederhana yang berbahaya
Mengganti benda-benda di sekitar yang membahayakan dengan benda komplementer yang memiliki nilai fungsi yang sama. Misal, gunakan pena yang berdiameter ujung 0,5 mm dan berbahan silikon, gunakan sepatu tanpa tali, ganti benda pecah belah yang memungkinkan dengan benda yang berbahan atum atau silikon, petakan benda-benda tajam seperti gunting, cutter, atau pemotong kuku dalam satu wadah. Jika tiba-tiba merasa kosong, hampa, atau sedih mintalah seseorang untuk menyembunyikannya.
3. Ciptakan apa yang tidak bisa kamu dapatkan
Perlahan ubahlah kebiasaan buruk untuk menyepakati semua hal yang orang lain katakan. Jika mereka berkata, ”Kamu tidak pantas hidup,” maka bermanfaatlah untuk kemaslahatan orang sekitarmu secara perlahan dan sederhana.
Pertolongan Pertama Pada OKBD
Psikolog Gadjah Mada Medical Center Nopi Rosyida menyampaikan bahwa sebab utama terjadinya bunuh diri pada Orang dengan Kecenderungan Bunuh Diri (OKBD) adalah depresi. Meskipun depresi tidak mudah dihalau, kecenderungan untuk bunuh diri dapat dicegah.
Prinsip dasar dari pencegahan bunuh diri adalah look, yakni mengamati/mengawasi pengidap dengan mempertimbangkan apa yang sekiranya mereka butuhkan.
Kemudian listen, yakni upaya mendengarkan apa yang mereka katakan. Jangan paksa mereka untuk bercerita, tapi coba tangkap poin-poin yang mereka katakan.
Selanjutnya adalah link yakni mencari bantuan dengan menghubungi tenaga ahli jika situasi darurat. Jika situasi tidak terlalu rentan maka cobalah untuk mendampingi korban dan memberikan arahan agar korban berkenan menemui profesional.
Ikhtisar sederhana
Setiap manusia tidaklah sama dan setara, mereka unik karena mereka memiliki kecenderungan yang berbeda. Kapasitas mereka yang berbeda kemudian mengantarkan mereka pada persaingan dan kerjasama, momen yang membuat mereka (mencoba) setara.
Puncaknya ketika mereka menyadari bahwa mereka tak benar-benar lahir dan tak benar-benar mati. Abu kematian yang melebur di antara ikan dan ganggang memiliki tujuan yang sama dengan tanah yang mengubur tubuh berbalut kafan.
Baik itu sukarela maupun terpaksa mereka menuju ke arah yang sama, yakni gerbang kematian. Lantas, apa yang terjadi setelahnya?
Sebuah perjalanan yang panjang dan tak pernah nampak bukti benarnya. Beberapa manusia bilang bahwa perjalanan setelah kematian adalah ajang pembalasan dan pertanggungjawaban bagi mereka yang bertuhan.
Sisanya meyakini bahwa gerbang kematian adalah akses menuju kebebasan. Keabu-abuan dunia pasca kematian bukanlah opsi yang bisa dipilih atas permasalahan didunia. Kesibukan untuk tetap bertahan dan memperbaiki diri adalah opsi yang paling tepat. Dengan begitu kita tidak begitu banyak mengeluhkan gelap sampai fajar datang.
Daftar Pustaka
CPMH. 2020. Pedoman Pertolongan Pertama Psikologis Pada Upaya Bunuh Diri. Yogyakarta: Universitas Gadjah Muda.
Penulis: Indri
Editor: Andriv