Rabu (07/05/24) dan Kamis (08/05/24), Lembaga Badan Hukum (LBH) Semarang menggelar Kuliah Bersama Rakyat dengan tema “Kerusakan Bumi dan Rakyat yang Berjuang” di dua lokasi, yakni Matera Café dan Jogging Track Universitas Diponegoro (Undip). Acara ini dihadiri oleh masyarakat umum, akademisi, dan juga mahasiswa.
Kuliah Bersama Rakyat adalah acara kuliah umum yang diisi oleh warga terdampak kerusakan lingkungan untuk membicarakan langsung mengenai keadaan lingkungan yang tak kunjung diatasi pemerintah.
Pada hari pertama, Kuliah Bersama Rakyat dihadiri oleh empat pembicara yang terdiri dari Amel dari Trend Asia, David dari Desa Balong Jepara, Lek Har dari Desa Timbulsloko pesisir Semarang, dan juga Dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Semarang (Unnes), Sukron Salam.
Topik yang dibahas merupakan dampak co-firing yang sedang dilangsungkan oleh pemerintah dan juga tenggelamnya Desa Timbulsloko yang tak kunjung diatasi. Co-firing adalah penggunaan batu bara dan biomassa sebagai energi listrik.
Co-firing sendiri membutuhkan banyak lahan untuk Hutan Tanaman Energi yang akan mendasari perampasan lahan dan produksi emisi berlebih karena tetap melanggengkan penggunaan batu bara sebagai energi listrik.
Kuliah Bersama Rakyat pada hari kedua yang diadakan di Jogging Track Undip bersama empat pembicara, Yarhanudin dari Karimunjawa, Irfan Dika Maulana dari Sukoharjo, Widyaningrum dari Kendeng, dan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Undip, Anjani.
Pada acara hari kedua, LBH Semarang berkolaborasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Undip bertujuan untuk menyadarkan mahasiswa dan masyarakat akan dampak-dampak kerusakan lingkungan.
“Latar belakang diadakannya diskusi seperti ini supaya teman-teman Undip mengetahui permasalahan-permasalahan lingkungan yang juga merusak kehidupan masyarakat di sana,” ungkap Ariq, selaku Ketua Bidang Sosial dan Politik BEM Undip.
LBH Semarang mengangkat topik kerusakan lingkungan karena sudah berdampak banyak pada beberapa wilayah di Jawa dan belum ada upaya-upaya yang dikerahkan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut.
“Kerusakan lingkungan dan bencana itu kan berdampak pada kelangkaan harga pangan dan sangat berkesinambungan dengan kehidupan sehari-hari, menurut kami adanya tren kerusakan ini berlangsung sangat cepat dan tidak ada upaya dari pemerintah,” ungkap Kornel.
Diadakannya Kuliah Bersama Rakyat ini juga membangun harapan bagi LBH Semarang agar mahasiswa Undip ikut turun aksi bersama warga dan mendorong tekanan lebih besar kepada pengambil kebijakan.
“Untuk paham bahwa ada kebohongan besar yang diucapkan pemerintah untuk menutupi bumi hari ini dan kerusakan bumi ini juga yang akan mendorong tekanan lebih besar pada pengambil kebijakan. Saya tidak berharap baik-baik, kita akan membesar, kita akan semakin marah, dan akan semakin sering berhadapan dengan mereka,” tambah Kornel.
Reporter: Farhan, Indri, Zahrani, Marricy, Rizka
Penulis: Marricy
Editor: Farhan