OM Lorenza: Panggung Nostalgia yang Lagi Naik Daun

Dok. Espos.id

Era digital telah membawa kita pada gelombang kemajuan teknologi yang begitu pesat. Perubahan ini merambah berbagai aspek kehidupan, mulai dari telekomunikasi, transportasi, hingga industri hiburan. Di antara berbagai bidang tersebut, industri hiburan menjadi salah satu sektor yang berkembang paling dinamis. Beragam jenis hiburan hadir di tengah kemajuan teknologi masa kini, mulai dari film, gim, musik, hingga konten-konten media sosial berupa video pendek yang kian menjamur di era digital seperti sekarang ini.

Namun, pernahkah kalian membayangkan, di tengah abad ke-21 yang penuh gegap gempita inovasi teknologi tiba-tiba muncul bentuk hiburan dari masa lalu, seolah-olah menembus waktu dari masa kini setengah abad yang lampau? Mungkin sebagian orang akan menganggap hiburan semacam itu sebagai sesuatu yang kuno dan ketinggalan zaman. Akan tetapi, nyatanya, belakangan ini justru semakin banyak orang yang kembali jatuh cinta pada pesona hiburan klasik tersebut.

Salah Satu jenis hiburan masa lalu yang kembali hadir di tengah-tengah masyarakat masa kini adalah orkes Melayu. Orkes Melayu sendiri merupakan sebuah grup pemusik yang membawakan lagu-lagu Melayu dari wilayah timur Sumatera dan Semenanjung Malaysia. Musik ini biasanya didominasi oleh alat musik seperti gendang, serunai, rebab, hingga gong. Di Indonesia sendiri, musik semacam ini seringkali dikaitkan dengan musik dangdut. Kepopulerannya yang sudah dimulai sejak tahun 1940-an membuat musik ini masuk ke dalam kategori hiburan musik lawas bagi orang-orang di zaman sekarang.

Di tengah era gempuran teknologi, sebuah grup orkes melayu tampil berbeda dan menjadi warna tersendiri di industri hiburan musik Indonesia. Orkes Melayu Lorenza atau yang biasa dikenal dengan OM Lorenza justru semakin gencar menghadirkan musik melayu  yang  berhasil menyita atensi masyarakat zaman sekarang. Grup asal Sukoharjo yang dibentuk pada tahun 2007 oleh Budi Aeromax ini mulanya tampil dari panggung ke panggung hingga ke THR Sriwedari membawakan lagu-lagu umum termasuk dangdut koplo. Hingga pada tahun 2012, kepengurusan diserahkan pada Murjiyanto yang meneruskan kepengurusan hingga saat ini.

Setelah THR Sriwedari ditutup pada tahun 2017, OM Lorenza hanya mengandalkan panggung-panggung yang mengundang mereka. Kondisi diperparah setelah pandemi Covid-19 melanda Saat itu, berbagai sektor hiburan dibatasi dan sempat membuat OM Lorenza mati suri tetapi, karena pada dasarnya para personel grup OM Lorenza adalah seniman, mereka tak membiarkan pandemi menghentikan jiwa seni mereka. Ketika pandemi, mereka masih sering berkumpul untuk melakukan jamming karena rumah para personel berdekatan.

Jamming dilakukan dengan memainkan musik-musik lawas era 70-an yang memang sudah menjadi kegemaran mereka. Para personel tak tinggal diam. Mereka juga turut merekam kegiatan jamming tersebut dan mengunggahnya di akun sosial media Facebook. Tak disangka-sangka, ternyata OM LOrenza mendapatkan banyak penggemar berkat video mereka unggah dan itu berdampak pada job yang mereka terima setelah pandemi usai .Sejak saat itu OM Lorenza kembali menerima berbagai job setelah pandemi usai. Seusai pandemi, OM Lorenza mulai kembali diundang ke panggung-panggung seperti panggung 17-an. Dari sana OM Lorenza menyadari jika ternyata masih banyak orang yang menggemari lagu-lagu lawas. 

Penggemar mereka juga datang dari berbagai kalangan usia hingga pekerjaan. Saat ini, ketenaran yang diperoleh oleh OM Lorenza telah merambah berbagai usia mulai dari usia remaja hingga dewasa, apalagi setelah video penampilan mereka banyak diunggah di sosial media lain seperti YouTube dan Tik Tok. Mereka kini bahkan sudah manggung di berbagai kota seperti Karanganyar, Magelang, Sragen, hingga Surabaya yang membuat mereka semakin naik daun.

Tak hanya itu, penonton yang hadir untuk menyaksikan penampilan mereka pun tidak hadir dengan baju yang biasa. Mereka hadir mengenakan pakaian khas  era 1970-an seperti celana cutbray, kemeja bermotif klasik, dress bergaya balon, wig warna-warni, hingga kacamata bulat. Beberapa dari mereka bahkan membawa barang-barang unik tak terduga seperti pompa ban, hingga ban karet ke dalam konser. Hal itu sungguh menyita perhatian khalayak. Pada salah akun sosial media Tik Tok bahkan ditemukan fakta jika para penonton OM Lorenza juga berasal dari berbagai kalangan profesi seperti akademisi hingga dokter. Hal ini menunjukkan bahwa selera musik tak mempedulikan golongan dan bisa dinikmati oleh siapapun.

Walau terkesan aneh dan ketinggalan zaman, namun OM Lorenza berhasil mendobrak industri musik Indonesia, khususnya lagu-lagu lawas beraliran dangdut yang saat ini sudah mulai dilupakan. Kemunculan OM Lorenza ini jelas bisa menjadi angin segar di industri hiburan musik Indonesia. Mereka membawa semangat nostalgia di tengah derasnya tren musik instan dan viral. Se-klasik apapun itu, akan selalu menemukan tempatnya sendiri dan tak tergerus oleh zaman.

Penulis: Cattleya
Editor: Diaz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top