Sore, Cinta dan Kenangan yang Berulang dan Abadi

Sumber: imdb.com

Judul Film: Sore: Istri dari masa depan

Sutradara dan Penulis: Yandy Laurens

Genre: Romance Fantasy

Tanggal Rilis: 10 Juli 2025

Durasi Penayangan: 1 Jam 59 Menit (119 Menit)

Pemeran: Sheila Dara Aisha, Dion Wiyoko, Waktu, Goran Boghdan, Lara Nekic, Mathias Muchus, Maya Hasan

Tau nggak kenapa senja itu menyenangkan? kadang ia merah merekah bahagia, kadang ia gelap hitam berduka. Tapi langit selalu menerima senja apa adanya,” ujar Sore kepada Jonathan.

Ungkapan di atas sedikitnya menjelaskan sosok Sore (Sheila Dara Aisha), tokoh utama dari Film Sore: Istri dari Masa Depan yang dikenal sebagai perempuan yang tabah, bertekad, lembut, dan setia kepada Jonathan (Dion Wiyoko), suaminya di masa depan yang memiliki kebiasaan hidup tidak sehat.

Cerita dimulai ketika Jo berkelana ke Kutub Arktik melalui Finlandia untuk mengabadikan pemandangan kutub utara dengan kehidupan beruang kutubnya serta pemandangan indah langit aurora berwarna hijau. Jo yang berprofesi sebagai fotografer sedang mempersiapkan sebuah pameran foto pertamanya, pada pameran tersebut Jo mengangkat tema tentang Artik dan perubahan iklim melalui kutub utara sebagai contoh dari fenomena tersebut.

Jo tinggal di sebuah desa dekat Zagreb, Kroasia. di sanalah Jo berkegiatan ditemani kawan sekaligus agen yang merupakan orang kroasia bernama Carlo (Goran Boghdan). Pada suatu pagi pukul 08.25 CET, Jo terbangun dari tidurnya dan terkejut melihat seorang perempuan di samping kanan kasurnya menatap Jo. 

Who are you?” tanya jo kepada perempuan misterius tersebut. 

“Aku Sore, istri kamu dari masa depan,” balas Sore.

Jo yang masih terkejut menganggap bahwa Carlo sedang mempermainkannya dengan membawa seorang wanita asing ke kamar saat dirinya sedang tertidur. Tetapi, setelah ditanyai perihal wanita asing yang singgah di kamarnya, Carlo tidak tahu-menahu tentang lelucon yang dimaksud oleh Jo.

Selepas bertemu Carlo, Jo memberanikan diri untuk menanyakan maksud dan tujuan kedatangan Sore ke kehidupannya. Sore mengungkapkan bahwa dia ingin membuat hidup Jo lebih baik dan Jo harus mengikuti segala aturan seperti larangan minum alkohol dan merokok, semua demi kebaikan Jo agar dia bisa hidup lebih sehat.

Di suatu malam, Sore menciduk Jo menghisap sebatang rokok di luar rumah dan langsung memarahinya sambil meneteskan air mata. Sore mengungkapkan bahwa delapan tahun dari sekarang, Jo akan meninggal terkena serangan Jantung yang disebabkan oleh kebiasaan buruknya. 

“Kita ulang dari awal, ini bukan yang pertama,” ucap Sore, kemudian secara mengejutkan Sore mimisan dan tumbang seolah-olah sedang kritis.

Film Sore: Istri dari Masa Depan merupakan inkarnasi dan penyempurnaan dari serial yang sama yang pertama kali dirilis pada tahun 2017. Pada keberjalanan ceritanya, ditampilkan sebuah dimensi waktu yang berepetisi ketika Sore mengalami kekecewaan dan kesedihan atas sikap Jo yang keras kepala. Keterulangan Sore di setiap pukul 8.25 Pagi juga menjadi ciri khas unggulan dari film tersebut.

Film Sore: Istri Dari Masa Depan menyuguhkan kisah romantisme yang dibalut dengan unsur Sci-Fi, dengan menghadirkan sebuah semesta dimensi yang berulang-ulang. Film ini menghadirkan unsur time loop dan paralel universe sebagai bentuk manifestasi kekecewaan sore yang terus berulang ketika Jo melanggar janji dengan Sore, yakni menjaga pola hidup sehat dengan tidak merokok dan minum alkohol.

Kehebatan Yandy Laurens dalam memposisikan ‘waktu’ juga terlihat ketika Sore menitikan air mata saat menatap aurora merah di Arktik, air mata tersebut terhubung kepada Jo di masa lalu saat dirinya juga menatap aurora berwarna hiijau pada adegan awal. Di sinilah Yandy Laurens sepertinya mengangkat Teori Worm Hole, yakni ketika dua dimensi dengan waktu yang berbeda terhubung melalui sebuah lubang dimensi dan fakta bahwa Arktik tidak memiliki waktu yang pasti sehingga memperkuat adanya dilatasi (penghambatan) waktu di tempat tersebut.

Barangkali dengan alur yang maju mundur, ditambah dengan possibility dan realita yang berbeda-beda, Yandy Laurens mempunyai sedikit kesamaan dengan Christopher Nolan. Bedanya Yandy Laurens tidak serumit Nolan, sebab pada alur film Sore: Istri dari Masa Depan, tidak sulit untuk memahami keberjalanan cerita dan penonton diberikan kebebasan untuk berteori tentang keberjalanan hingga akhir dari film tersebut.

Perbedaan lainnya adalah Nolan tidak pernah menggarap film romance sebagaimana Yandy Laurens, sehingga Yandy Laurens bisa mengadaptasi Sci-Fi ke dalam sebuah film romance. Di satu sisi, Yandy Laurens mengajak para penonton untuk larut dalam keindahan romansa antara Jo dan Sore. Di lain sisi, Yandy juga mengajak para penonton untuk memahami ruang dimensi atau latar belakang yang terdapat pada film tersebut.

Kesuksesan film ini tidak terlepas dari kemampuan akting dan penghayatan karakter Sore oleh Sheila Dara Aisha yang patut diapresiasi, sebab Sheila dapat menjawab semua keraguan berbagai pihak mengenai perannya sebagai Sore di film tersebut. Soft Spoken, tatapan diiringi senyuman, hingga determinasi tinggi merupakan buah dari kecakapan akting Sheila memerankan sosok Sore yang ideal dan sempurna hingga diminati oleh para penonton.

Peran Dion Wiyoko sebagai sosok Jonathan juga patut diacungi jempol, meskipun Dion sudah pernah memerankan sosok Jo pada serial tahun 2017, kemampuan dan keuletan dirinya memerankan sosok Jo tetap dipertahankan dengan sangat baik. Bahkan, terdapat sebuah peningkatan akting dan ekspresi yang memukau ketika Sore dan Jo dipertemukan di pameran Arktik milik Jo.

Kemegahan karya sinematografi ini juga tidak luput dari pilihan Yandy Laurens  menentukan lagu yang cocok mengisi suasana pada setiap adegan. Kesesuaian antara adegan dengan musik yang digunakan nampak dramatis saat Sore berulang kali mengalami pingsan ketika melihat Jo melakukan kebiasaan buruk, seperti merokok dan minum alkohol.

Lagu berjudul Pancarona karya band Barasuara menempatkan keberadaanya pada saat Sore berulang kali Jatuh. Pada bagian lirik “Segala perubahan dan ketidakpastian pancarona” menggambarkan suasana yang kerap berubah dan tidak pasti setiap kali Jo melanggar aturan.

Perpaduan adegan puncak dan dramatis juga diiringi lagu karangan Barasuara yang berjudul Terbuang dalam Waktu berhasil membawa penonton menyelami ruang hidup hubungan emosional yang kuat antara Jo dan Sore. Apalagi ketika ingatan masing-masing kembali tersadarkan saat sebuah jabatan tangan antara Jo dan Sore ketika berada di pameran perubahan iklim di Jakarta, membuat musik karya musisi Indonesia itu mampu menciptakan memori tersendiri.

Film Sore: Istri dari Masa Depan tidak hanya menampilkan sebuah kisah cinta yang kompleks dan indah, melainkan pula menyampaikan pesan bermakna yang cukup kuat dan dapat  dimaknai oleh para penonton.

Kesadaran Pribadi

Aku ingin membuat hidupmu menjadi lebih baik,” ujar Sore kepada Jo. 

Kebiasaan buruk dan pengalaman masa kecil Jo yang pahit ditinggal sang Ayah, berupaya untuk diperbaiki oleh Sore agar Jo menjadi lebih tenang. Meskipun Sore mempunyai niat yang baik untuk mengubah Jo menjadi lebih baik, segalanya kembali kepada kesadaran Jo itu sendiri.

Memaknai perubahan dari sifat buruk menjadi lebih baik harus dipahami secara mendalam dengan segalanya dimulai dari  sosok yang ingin berubah tersebut, yakni Jo. Kesadaran pribadi untuk berubah dapat dipahami sebagai langkah besar menuju arah yang lebih baik, sebab melalui inisiatif pribadi sosok yang dimaksud tidak mendapatkan beban maupun tekanan dari orang lain untuk berubah. Sehingga segalanya harus berasal dari kesadaran pribadi.

Setelah Sore mengucapkan kalimat “Aku Sore, istri kamu selamanya,” Jo terbangun dengan suasana yang berbeda. Dirinya lebih positif dan tenang serta mulai menyadari untuk mengubah pola hidup dan kebiasaannya menjadi lebih sehat dan bermanfaat, maka dari sinilah melalui kesadaran pribadi yang dialami oleh Jo berkat interaksi dirinya dengan Sore, Jo mengalami perubahan.

Kesetiaan Pasangan

Kalau hidup 10.000 kali pun, aku pasti akan tetap memilih kamu.”

Penggalan kata-kata tersebut merupakan bukti kasih sayang dan cinta Sore kepada Jo dan sebaliknya. Kata-kata di atas bukan hanya sebuah pilihan saja, melainkan sebagai sebuah bukti kesetiaan dan kasih sayang yang nyata dari kedua insan tersebut.

Kesetiaan Sore juga digambarkan melalui rasa sayangnya yang tak terhingga kepada Jo saat dirinya kerap kali pingsan ratusan bahkan mencapai ribuan kali. Sesuai dengan perkataannya, Sore tetap memilih Jo sebagai cinta abadinya sekalipun dirinya harus terus menyadarkan Jo agar mengubah sikap dan masa lalunya demi kebaikan bersama.

Sifat setia Sore patut dicontoh bahkan menjadi pembelajaran tentang kesetiaan dan ketabahan. Harus selalu diingat juga, selama menjalin hubungan maka akan melewati kesusahan, kesenangan, dan duka. Selain itu, kunci keberhasilan hubungan adalah memahami kekurangan masing-masing pasangan. Sudah menjadi tugas masing-masing untuk mengarahkan pada jalan yang benar demi kebaikan bersama.

Waktu Sebagai Penentu

Sosok atau kehadiran dari “waktu” yang disorot pada film ini tepatnya pasca Sore pingsan di kereta digambarkan sebagai karakter utama ketiga, setelah Sore dan Jo. Waktu bahkan ditampilkan pada bagian credit scene film sebagai pemeran setelah Aisya Dara dan Dion Wiyoko, sehingga menimbulkan pertanyaan dan rasa penasaran.

“Dia (waktu) marah,” ujar Sore dengan nada terkejut. Sosok waktu menyampaikan peringatan dan hukuman kepada Sore karena berupaya mengubah timeline kehidupan Jo yang seharusnya tidak boleh diubah. Barangkali sosok waktu direpresentasikan sebagai penyamaran yang Maha Kuasa atau bahkan Yandy Laurens sendiri sebagai sutradara mengatur kesesuaian Qadha pada film tersebut. 

Disebutkannya sosok waktu menandakan bahwa ia tidak hanya berkelindan atau ornamen tak nampak pada keberjalanan cerita film tersebut, melainkan menjadi pengingat bahwa waktu atau masa mempunyai batas dalam hal momen dan hidup seorang manusia. 

Keabadian waktu dimaknai sebagai perwujudan bahwa waktu, masa, dan durasi berlangsung cukup lama, sementara untuk manusia terdapat jatah berupa akhir yang jelas. Segala momen indah dari waktu yang ada, meskipun hanya sebentar haruslah dimaknai sebagai sebuah kesyukuran karena keindahan itu pernah terjadi dan menjadi kenangan yang abadi dan akan selalu dikenang sebagai waktu terbaik yang pernah terjadi.  

Luka Modric pernah berkata tentang arti penting sebuah momen, “Janganlah engkau menangis karena semua telah berakhir, tersenyumlah karena itu semua pernah terjadi.” 

Memaknai sebuah momen indah, tetapi hanya berlangsung sebentar, haruslah dimaknai bahwa hal-hal indah pernah terjadi dalam waktu yang singkat juga patut disyukuri, karena pernah terjadi dalam kehidupan masing-masing insan manusia.

Film Sore: Istri dari Masa Depan sangat cocok untuk dinikmati oleh berbagai kalangan yang ingin belajar berbagai hal, seperti Film, dengan berbagai macam genre dan pola yang beragam; cinta, memahami bentuk kesetiaan dan kasih sayang yang tiada batas; waktu, sebagai pengingat masa hidup manusia.

Penulis: Irsyad

Editor: Diaz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top