Menjalani dan Memaknai Berduka Sebaik-Baiknya

Dok.Gramedia.com

Identitas Buku:

Penulis : dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Genre : Self-Improvement

Cetakan ke- : IX

ISBN : 9786020674674

Berduka selama yang kita bisa.

Kehilangan seseorang yang kita cinta tentu melekatkan duka mendalam di hati. Pulih hingga melupakan kedukaan kita tentu membutuhkan waktu yang tidak bisa diprediksi. Namun, melalui buku “Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring” karya dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ, para pembaca diajak untuk menjalani berduka sebaik-baiknya.

Penulis membagikan kisah berduka sekaligus mengajak kita menjalani duka itu bersama-sama. Pengalaman kehilangan ayah dan anak tercinta membuatnya belajar apa arti berduka dan bagaimana ia perlu menjalaninya. Lantas, jawaban yang ia dapat adalah berduka melalui mencuci piring. Katanya, “Duka itu seperti mencuci piring, tidak ada orang yang mau melakukannya, tapi pada akhirnya, seseorang harus melakukannya.”

Di dalam bukunya, penulis menceritakan kisah kehilangan dan perasaannya selama masa berduka. Ia membagi kisahnya secara merata sesuai dengan topik yang dibahas di setiap bab. Mulai dari bagaimana rasanya pada saat kehilangan sang ayah sebelum kelulusannya, hingga mengantar sang anak ke pangkuan Tuhan dengan memori selama 30 menit. Ia menambahkan sebuah data kematian manusia dan tercatat 2 nyawa meninggal dunia setiap detiknya, yang berarti, bisa saja salah satunya adalah orang tercinta kita. Di situlah, kedukaan muncul yang tanpa kita sadari bisa saja menghabiskan waktu seumur hidup.

Penulis membagikan segelintir perasaannya ketika harus berhadapan dengan orang lain pasca-berduka. Beberapa di antara mereka tentu mengatakan agar cepat-cepat bangkit dari kesedihan dan mulailah bekerja kembali. Berduka seperti bisa dilewati dengan sekali jentik jari, padahal berduka bisa saja mengambil waktu selama yang kita butuhkan, bahkan seumur hidup.

Penulis mengajak kita menjalani masa-masa berduka tanpa perlu tergesa-gesa untuk bangkit dan move on. Tak sampai di situ, penulis bahkan memberikan sedikit cara untuk kita bisa melanjutkan hidup tanpa perlu memaksakan diri move on dari duka yang kita alami. Salah satunya adalah dengan mencoba kegiatan baru, keluar dari zona nyaman, dan melihat kembali dunia yang baru tanpa seorang yang meninggalkan kita. Kita tidak melupakan mereka, sejenak kita hanya membiasakan diri belajar hidup tanpa mereka di sisi kita.

Mega Best Seller, label yang sudah tertera pada sampul depan buku karya seorang ‘psikiater yang suka bercanda’ ini. Melalui kisah kehilangannya yang mengurai air mata dan bagaimana ia menjalani hidup dalam kedukaan sebaik-baiknya, penulis mengajak pembaca menyelami perasaan berduka dengan indah. Tanpa menghakimi, tanpa melukai.

Tak hanya kisah mengharukan dan menyesakkan yang tertulis dalam buku ini, tetapi pengalaman bangkitnya dr. Andreas dari kedukaan pun diceritakan. Tentang bagaimana ia mendalami perasaan sedih dan bagaimana ia akhirnya menerima kematian seorang anak semata wayangnya, Hiro, yang dalam buku ini adalah tokoh utama di setiap kisah hidup dr. Andreas.

Buku ini ditulis dengan amat rapi, runtut, dan penuh pengertian. Pembaca seperti dibawa ke dalam sesi kuliah 4 SKS dengan materi-materi terkait duka. Bagaimana duka seharusnya diproses, bagaimana cara pulih dari berduka, dan bagaimana kita memaknai duka itu sendiri di dalam hidup kita. Selepas ditinggal seorang yang dicinta, bagaimana kita seharusnya melanjutkan hidup? Semuanya tertuang dalam buku yang tak lebih dari 200 halaman ini.

Dikemas rapi dan amat padat, buku ini sangat page turner, membuat pembaca tak sabar menuntaskan buku ini dalam sekali duduk. Rasanya sia-sia jika tidak membaca buku ini satu halaman saja, mengebut jadi jawabannya. Terlepas dari cara penulisannya, hal pertama yang menarik perhatian pembaca tentu saja judulnya! Mengapa mencuci piring? Bukankah mencuci piring adalah kegiatan paling menyebalkan di rumah? Dr. Andreas menjawab pertanyaan itu dalam buku ini.

Penulis menyisipkan beberapa istilah-istilah yang telah dijelaskan dengan amat singkat dan mudah dimengerti oleh pembaca, sehingga pembaca tidak perlu mengangkat ponselnya dan melakukan research di Google lebih lanjut. Di samping itu, karena bahan bahasan pada buku ini terbilang banyak, tentu pembaca akan kesulitan mengingat setiap topik yang dibawakan. Topik dalam buku ini sangat padat dan tidak mudah diuraikan jika pembaca melakukan sistem kebut semalam dalam membaca buku ini.

Banyak hal dalam buku ini yang menjadi pelajaran bagi pembaca, khususnya mereka semua yang telah melalui duka. Wajar apabila setiap orang membutuhkan buku ini untuk belajar sekaligus berjuang menjalani duka yang tak ada batas waktunya. Dr. Andreas tidak mengajak kita meninggalkan kedukaan, melainkan menjalaninya dengan sebaik-baiknya dan selama yang kita bisa, sebab duka akan selalu menjadi bagian dari hidup kita sampai kapan pun. Kita akan, dan mungkin, selalu berduka.

Penulis : Marricy

Editor : Alena

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top