
Pemerintah Indonesia melalui Presiden Prabowo Subianto menyatakan rencana evakuasi seribu warga Gaza ke Indonesia sebagai langkah kemanusiaan. Dalam pernyataannya, Prabowo menegaskan bahwa evakuasi bersifat sementara dan hanya dilakukan dengan persetujuan berbagai pihak, termasuk otoritas Palestina. Sepintas, pernyataan itu terdengar heroik, Indonesia bagaikan penyelamat yang membawa angin harapan bagi warga Palestina. Namun, bila dicermati lebih dalam, langkah ini justru terlihat dungu dan menyimpan ironi yang memilukan.
Kita tidak akan lupa dengan kekejaman Israel yang secara brutal melenyapkan warga Palestina di tanah kelahirannya sendiri. Wacana kebijakan evakuasi seribu warga Palestina menimbulkan kekhawatiran yang besar, apakah kebijakan ini semata-mata atas kemanusiaan atau menjadi bagian dari strategi pengosongan wilayah Gaza agar Israel lebih leluasa melakukan ekspansi wilayahnya?
Sejak tahun 1948, warga Palestina terus terusir dari tanah mereka dengan berbagai cara, seperti pembantaian, intimidasi, blokade, hingga peristiwa nakba atau pengungsian massal. Setiap kali dunia internasional diam atau bahkan mendukung Israel melakukan kekejamannya, maka semakin cepat pula Israel dalam merampas tanah Palestina secara permanen. Oleh karena itu, sebuah kebijakan harus ditelaah dengan kritis agar tidak menjadi bagian dari legitimasi genosida yang terus berlangsung.
Reaksi publik Indonesia cukup terpecah. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertahanan dan TNI menyatakan kesiapannya untuk mengevakuasi dan menampung warga Gaza di Indonesia. Namun, kritik keras datang dari berbagai kalangan, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP). Wakil Ketua MUI Anwar Abbas menyebut langkah ini sama dengan wacana Presiden AS Donald Trump yang ingin merelokasi warga Gaza ke luar wilayah Palestina.
Ketua Komite Pengarah ARI-BP Din Syamsuddin juga menggarisbawahi bahwa sekalipun evakuasi bersifat sementara, kebijakan ini membuka peluang bagi Israel untuk melancarkan penjajahan dan berpotensi memuluskan rencana jahat Trump dan Netanyahu untuk mengosongkan Gaza. Hal ini sejalan dengan sejarah yang menunjukkan pengosongan wilayah Palestina selalu diawali dengan pengungsian dan diakhiri dengan perampasan tanah.
Bahkan yang lebih mengejutkan, media Israel The Times of Israel menyambut hangat kebijakan Prabowo ini. Mereka menyebut Indonesia bersedia untuk sementara menjadi rumah bagi seribu pengungsi Gaza. Sikap ini memperlihatkan jika evakuasi, meskipun bersifat sementara, dapat dimanfaatkan oleh Israel. Ketika warga sipil dipindahkan, wilayah Gaza semakin kosong dan semakin mudah dikuasai.
Pemerintah sempat menegaskan bahwa evakuasi ini hanya akan ditujukan bagi tenaga medis dan pendidik dari Gaza. Mereka beralasan tenaga medis dan pendidik dapat dididik di Indonesia untuk persiapan pembangunan kembali Palestina pasca-kemerdekaan. Namun, pernyataan ini pun tidak lepas dari masalah. Jika nakes dan guru yang merupakan pelayan publik dibawa ke luar Gaza, bagaimana warga sipil yang tersisa akan bertahan hidup di tengah reruntuhan dan keterbatasan?
Terlebih lagi, pendidikan dan kesehatan bukan sekadar sektor teknis, melainkan bagian penting dari kedaulatan sebuah bangsa. Mengeluarkan tenaga medis dan pendidik memiliki dampak panjang memisahkan mereka dari keluarganya dan warga sipil lain yang sedang berjuang dan bertahan. Bukankah langkah ini justru memperlemah kekuatan internal Gaza di saat mereka sangat membutuhkan dukungan?
Selain itu, kebijakan ini juga menciptakan kesan seolah-olah solusi atas krisis kemanusiaan di Gaza adalah membawa orang-orang keluar dari wilayahnya, alih-alih melindungi mereka di tempat asalnya. Hal ini dapat menjadikan Prabowo sebagai presiden buruk yang menormalisasi pengungsian sebagai jawaban utama atas konflik, bukan perlindungan dan perlawanan.
Kemudian, jika anak-anak Palestina yang dipindahkan ke Indonesia, mereka akan tumbuh jauh dari bahasa ibunya, dari sejarahnya, dan dari perjuangan tanah airnya. Lambat laun, pengungsian “sementara” ini akan berubah menjadi permanen, seperti ratusan ribu pengungsi Palestina di Lebanon dan Yordania yang tidak dapat kembali ke tanah airnya.
Indonesia, bangsa yang disebut anti-kolonialisme dan mendukung kemerdekaan bangsa Palestina, kini malah berada di belakang penjajah yang ingin membersihkan wilayah Gaza dari penduduk aslinya. Indonesia sebenarnya memiliki banyak opsi untuk menunjukkan bantuan tanpa harus menarik warga Palestina keluar dari tanah airnya. Kita bisa membangun kembali Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang hancur diledakkan oleh Israel, mengirim tenaga medis dalam skala besar, memperkuat diplomasi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan secara aktif mendorong gencatan senjata serta penghentian blokade.
Bentuk dukungan tertinggi adalah menjamin warga Palestina agar tetap hidup dan tumbuh di tanah airnya sendiri. Bentuk perlawanan yang paling esensial terhadap genosida Israel adalah mempertahankan warga Palestina di tanah mereka. Entah apa yang ada di pikiran Presiden Prabowo terkait kebijakan tersebut, meskipun yang dikatakan atas nama kemanusiaan. Tanpa pemahaman genosida dan sejarah panjang perjuangan Palestina, kebijakan yang tampak “manusiawi” ini justru terasa menyakitkan. Kita tidak boleh mengulang sejarah di mana pengungsi Palestina diasingkan dan akhirnya dilupakan oleh dunia.
Langkah yang seharusnya diambil adalah menempatkan rakyat Palestina di pusat kebijakan, bukan sekadar objek bantuan. Mereka bukan orang hilang yang perlu diselamatkan dari tanahnya, mereka adalah pejuang yang berhak hidup, tumbuh, dan bahagia di tanah airnya. Indonesia harus tetap konsisten dengan amanat konstitusi yang menolak segala bentuk penjajahan. Jika benar-benar ingin membantu, maka kita harus berani mengambil sikap tegas terhadap penjajah, bukan justru memberi ruang pada genosida agar berjalan mulus dengan sampul “kemanusiaan”.
Pada akhirnya, cara untuk menyelamatkan warga Palestina bukan dengan mengungsikan mereka, tetapi dengan memastikan mereka tetap punya hak penuh atas tanah kelahirannya.
Penulis: Titin
Editor: Marricy
Daftar Referensi
Aulia, M.R. (2025, April 9). Fakta-fakta Prabowo Siap Evakuasi 1000 Warga Gaza ke Indonesia. METROTV. Diakses pada April 20, 2025 https://www.metrotvnews.com/read/kM6CRQve-fakta-fakta-prabowo-siap-evakuasi-1000-warga-gaza-ke-indonesia
Dirgantara, A. & Ramadhan, A. (2025, April 17). Prabowo Disebut Hanya Akan Evakuasi Tenaga Medis dan Pendidik dari Gaza. Kompas.com. Diakses pada April 21, 2025 https://nasional.kompas.com/read/2025/04/17/15041841/prabowo-disebut-hanya-akan-evakuasi-tenaga-medis-dan-pendidik-dari-gaza#google_vignette
Jati, H. (2025, April 10). Media Israel Sambut Keinginan Prabowo Evakuasi Warga Gaza ke Indonesia, Hal ini Disebut Alasannya. Kompas.tv. Diakses pada April 20, 2025 https://www.kompas.tv/internasional/585932/media-israel-sambut-keinginan-prabowo-evakuasi-warga-gaza-ke-indonesia-hal-ini-disebut-alasannya
Nugroho, N.P. (2025, April 13). Polemik Rencana Prabowo Evakuasi Sementara Warga Gaza ke Indonesia. Tempo. Diakses pada April 20, 2025 https://www.tempo.co/politik/polemik-rencana-prabowo-evakuasi-sementara-warga-gaza-ke-indonesia-1230574