Perang Isu Tempel dan Ancaman Mengerikan

Dalam surat pembaca ini saya ingin merekap lagi isu yang beberapa minggu lalu menjadi perbincangan hangat di Fakultas Sastra yang tercinta ini. Wahh…Sastra sekarang rame ya? Kemarin teman-teman sudah baca “Perang Surat Terbuka” hampir di semua papan pengumuman kan?

Diawali dengan surat terbuka dari Komunitas Responsif yang didukung oleh GMNI Komisariat Sastra dan GMNI yang isinya” menurut mereka” beberapa poin tentang kebobrokan BEM Sastra Undip. Lalu beberapa menit kemudian muncul SURAT TERBUKA balasan dari BEM Sastra yang isinya berupa “Pembacaan Ulang” terhadap surat terbuka dari rekan-rekan Komunitas Responsif. Hal-hal yang disebutkan sebagai kebobrokan BEM Sastra dikoreksi lagi. Jangan berfikir hal itu pantas disebut kebobrokan, sedangkan kebenaran akan poin-poin tersebut saja masih di pertanyakan oleh pihak terkritik (yang mengetahui betul, bagaimana kondisi BEM sebenarnya).

Diskusi antarkedua belah pihak ( Komunitas Responsif dan BEM Sastra) segera dilaksanakan hari itu juga. Apakah masing-masing pihak merasa puas dengan diskusi tersebut? Wallahua`lam….yang jelas surat-surat itu yang memiliki nasib yang sama, tak berumur panjang di papan pengumuman.

Munculnya warna-warna lain di Sastra memang memberikan corak demokrasi di sini. Namun yang perlu kita ketahui bersama bahwa Fak. Sastra Undip bukanlah sebuah fakultas yang biasa, atsmosfer dan iklim di sini memang nyentrik, beda and gak bisa disamakan dengan fakultas lain. Mahasiswanya pun beragam tapi tidak bodoh. Bisa membedakan mana yang menyuarakan kebenaran, dan mana yang cuma provokasi, dan maaf, cari perhatian!
BEM memang tak sempurna tapi BEM juga tak sebobrok itu. Anggotanya masih ada yang aktif walaupun tak semua. Agenda/program kerja juga ada. Makanya temen-temen yang kemarin ngritik sebaiknya lebih perhatian aja lagi sama BEM. Biar tahu acara-acara apa aja yang telah, sedang dan akan digelar. Tapi Surat Terbuka itu juga dapat dijadikan cemeti agar dapat bisa berkarya lebih lagi, terima kasih bro!

Sebagai tambahan saja, beberapa hari terakhir muncul isu yang jauh lebih serius. “Sesuatu” telah masuk dan mulai menginvasi Sastra kita tercinta. Saya pribadi menghimbau rekan-rekan dari komunitas, gerakan, dan atau partai apapun di Sastra khususnya (yang merasa dirinya rakyat dan orang Indonesia) untuk benar-benar bisa jaga diri kita masing-masing. Jangan sampai mau diajak melangkahkan kaki dan diri kita ke tempat yang tak seharusnya kita pijak.

Ancaman itu datang dan mengatasnamakan dirinya sebagai kebenaran yang bagi saya merupakan jalan pintas ke surga. Sungguh sebuah cara picik yang mengatasnamakan “ayat-ayat Tuhan”, mendirikan “Negara Islam”. Ilustrasinya seperti dalam novel “Tuhan, Ijinkan Aku Menjadi Pelacur”. Teman-teman tentunya tak inginkan terjerumus kayak si tokoh Nidah Kirani itu, bukan?

Terima kasih juga saya sampaikan kepada teman-teman di Hayamwuruk yang intens menyebarkan informasi itu dalam beberapa minggu belakangan ini, meski cuma di papan tempel depan jurusan, dan tentu saja terima kasih telah sudi memuat surat pembaca saya.

Lina Nurdiana,
Pengurus BEM FS Undip

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back To Top